Batubara merupakan salah satu jenis bahan bakar fosil yang berbentuk batuan sedimen yang mudah terbakar. Batu bara terbuat dari tumbuhan purba yang sudah mati berjuta-juta tahun lalu. Tumbuhan tersebut berubah menjadi arang dan batu akibat pengaruh alam. Keberadaan batu bara ini biasanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar industri dan rumah
AbangMembran Semarang Uncategorized. Kami harga aspal bakar per meter di Daerah Batu - Telp : 082 136 369 988. Hello warga Surabaya.Hubungi Kami sekarang dan dapatkan harga spesial khusus untuk Anda.Bagi Anda yang berdomisili di daerah Surabaya dan sekitarnya serta seluruh kota besar di Indonesia.hubungi kami sekarang dan dapatkan harga khusus.
MinimLahan, Pemerintah Akan Sediakan Hunian Vertikal di Kota Metropolitan. Adapun material yang dimaksud meliputi beton, mortar, batu pondasi, besi, batu bata, dan kayu. Berikut ulasan
Aspalterbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan atau dapat ditemukan dalam kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam. Dengan Menggunakan Variasi Kadar Fillter Abu Terbang Batu Bara". Jurnal Smartek ? Vol 7 No. 4 Erwin. 2012. " Tinjauan Kekuatan Perkerasan Lataston (HRS) Terhadap Perubahan Suhu Pada Saat Uji Marshall
Selainitu, atapnya terbuat dari apa? Sirap terbuat dari berbagai bahan seperti kayu, batu tulis, batu ubin besar, logam, plastik, dan bahan komposit seperti serat semen dan sirap aspal.Genteng keramik yang masih mendominasi di Eropa dan sebagian Asia masih biasa disebut genteng.. Selanjutnya, mengapa atap terbuat dari sirap? atap sirap, mereka sering memilih sirap karena harganya.
Saatmasih duduk di bangku sekolah, tak jarang seorang teman mengatakan berlian terbuat dari batu bara yang sangat padat. Apakah hal itu benar adanya?
TerasJurnal, Vol.6, No.2, September 2016 P-ISSN 2088-0561 E-ISSN 2502-1680 Penggunaan Abu Batu Bara Sebagai Filler Pada Campuran Aspal Beton A C-BC
2 ROCK ASPHALT (Aspal Gunung) • Aspal batu Kentucky dan Buton adalah aspal yang secara alamiah terdeposit di daerah Kentucky, USA dan di pulau Buton, Indonesia. • Aspal dari deposit ini terbentuk dalam celah-celah batuan kapur dan batuan pasir. • Aspal yang terkandung dalam batuan ini berkisar antara 12 - 35 % dari masa batu tersebut 7
Padadasarnya aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang disebut bitumen, oleh sebab itu aspal sering disebut material berbituminous. (contohnya batuan kapur), bekas tanaman (contohnya batu bara). Batuan sedimen dapat juga terbentuk dari produk akhir dari reaksi kimia atau penguapan (contohnya garam dan gipsum) atau kombinasi dari
agregatadalah bahan utama yang digunakan untuk lapisan permukaan perkerasan jalan atau beton, agregat ini diperoleh dari hasil penambangan batu-batuan pada sungai-sungai yang ada di aceh tamiang dan daerah lainya, kemudian batu-batuan tersebut diproses melalui mesin perengkahan stone crusher yang menghasilkan beberap jenis agregat sesuai dengan
Dibawahini merupakan berbagai macam barang tambang, simak penjelasan berikut : 1. Minyak Bumi (Petroleum) Minyak bumi adalah salah satu jenis pertambangan yang banyak dilakukan di berbagai dunia karena memiliki kegunaan yang penting bagi kehidupan manusia. Minyak bumi berasal dari fosil berbagai material organik purbakala yang berubah bentuk
Batutahan api netral (neutral refractories) banyak mengandung alumina (Al2O3) dan silika (SiO2) terbuat dari kaolinit, dapat tahan sampai suhu 1600 - 16700C. Selain itu batu tahan api juga sering dinamakan menurut kandungan senyawa yang paling dominan, misalnya ada batu tahan api silika, alumina, magnesit, chromit, dll.
Saattidur, menggunakan kasur, guling, dan bantal yang empuk dikatakan dapat membuat tidur kita menjadi lebih nyenyak, lo.
Salahsatu yang paling sering dijumpai ialah aspal. Aspal terbuat dari hasil residu distilasi yang tidak akan menguap. Proses pembuatannya pun tidak jauh berbeda dengan proses pembuatan parafin yang merupakan bahan baku lilin. Aspal seringkali dipakai untuk melapisi jalanan sehingga lebih kuat. 9 Manfaat Batu Bara untuk Kehidupan Sehari
hargasewa mini batching plant area kaltim | how slavery became the economic engine of the south sewa conveyor belt dolphin crusher di kalimantan
1Be2gH. Penambangan batubara di Indonesia banyak menghasilkan limbah berupa abu batubara. Salah satunya ialah Batubara yang terdapat di Nagan Raya, memiliki kandungan silika Si O2 lebih banyak daripada jenis lainnya. Berdasarkan literatur, penggunaan sulfur dalam campuran beraspal dapat meningkatkan stabilitas Marshall. Penelitian ini dilakukan untuk mendukung penelitian sebelumnya tentang filler dan untuk memperbaik mutu dalam campuran beraspal. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh abu batubara sebagai filler terhadap karakteristik dan indeks kekuatan sisa pada campuran aspal beton AC-WC. Penelitian ini menggunakan metode marshall dan indeks kekuatan sisa IKS. Aspal yang digunakan penelitian ini merupakan aspal pertamina Pen 60/70 dengan penambahan limbah abu batubara pada variasi 0%, 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% sebagai filler. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pengambilan material lalu dilanjutkan dengan sifat-sifat fisis agregat sehingga dapat diketahui apakah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Pada penelitian ini banyak benda uji/sampel KAO sebanyak 25 buah benda uji. Dengan memperoleh kadar aspal 6,1 yang bakal dipakai pada 6 variasi dimana pervariasi 5 sampel benda uji. Untuk variasi yang menggunakan abu batubara yaitu sebanyak 30 buah benda uji satu diantara benda uji akan dilakukan indek kekuatan sisa IKS. Jadi jumlah total benda uji yang dibuat yaitu sebanyak 55 benda uji. Hasi penelitian menunjukkan peggunaan abu batubara sebagai filler pada parameter marshall semuanya memenuhi spesifikasi begitu juga dengan indeks kekuatan sisa IKS dimana > 80 sehingga hasil nilai tertinggi pada IKS yaitu pada variasi 3% dengan nilai Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free JURNAL TEKNIK SIPIL Universitas Muhammadiyah Aceh Volume 8 Nomor 1 Juni 2019 Firmansyah Rachman 23 PENGARUH LIMBAH BATU BARA SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL DAN INDEK KEKUATAN SISA IKS PADA CAMPURAN ASPAL BETON AC-WC Firmansyah Rachman 1,*, Tamalkhani Syammaun 1, Fadjra Heikal 1 1 Universitas Muhammadiyah Aceh, Jl. Muhammadiyah No. 91, Banda Aceh, 23123, Indonesia *Email firmansyah ABSTRAK Penambangan batubara di Indonesia banyak menghasilkan limbah berupa abu batubara. Salah satunya ialah Batubara yang terdapat di Nagan Raya, memiliki kandungan silika Si O2 lebih banyak daripada jenis lainnya. Berdasarkan literatur, penggunaan sulfur dalam campuran beraspal dapat meningkatkan stabilitas Marshall. Penelitian ini dilakukan untuk mendukung penelitian sebelumnya tentang filler dan untuk memperbaik mutu dalam campuran beraspal. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh abu batubara sebagai filler terhadap karakteristik dan indeks kekuatan sisa pada campuran aspal beton AC-WC. Penelitian ini menggunakan metode marshall dan indeks kekuatan sisa IKS. Aspal yang digunakan penelitian ini merupakan aspal pertamina Pen 60/70 dengan penambahan limbah abu batubara pada variasi 0%, 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% sebagai filler. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pengambilan material lalu dilanjutkan dengan sifat-sifat fisis agregat sehingga dapat diketahui apakah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Pada penelitian ini banyak benda uji/sampel KAO sebanyak 25 buah benda uji. Dengan memperoleh kadar aspal 6,1 yang bakal dipakai pada 6 variasi dimana pervariasi 5 sampel benda uji. Untuk variasi yang menggunakan abu batubara yaitu sebanyak 30 buah benda uji satu diantara benda uji akan dilakukan indek kekuatan sisa IKS. Jadi jumlah total benda uji yang dibuat yaitu sebanyak 55 benda uji. Hasi penelitian menunjukkan peggunaan abu batubara sebagai filler pada parameter marshall semuanya memenuhi spesifikasi begitu juga dengan indeks kekuatan sisa IKS dimana > 80 sehingga hasil nilai tertinggi pada IKS yaitu pada variasi 3% dengan nilai Kata Kunci Filler Batubara, Indeks Kekuatan Sisa, Marshall Test. 1. PENDAHULUAN Perkerasan jalan yang umum digunakan di Indonesia adalah campuran Lapis Aspal Beton Laston atau Asphalt Concrete AC. Campuran beton aspal Laston adalah jenis perkerasan lentur yang terdiri dari campuran agregat dan aspal. Ada juga pendukung yang lain yatu filler, dimana suatu material halus yang minimal 75% lolos saringan No. 200 0,075mm. Filler terdiri dari unsur nonplastis yang memenuhi persyaratan, umumnya berupa semen, abu batu, kapur atau mineral organik lainnya. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Departemen Pekerjaan Umum Direktoret Jendral Bina Marga, tentang penambahan bahan additive untuk memperbaiki mutu aspal dalam campuran panas telah membuka informasi bahwa campuran aspal panas dengan bahan tambahan, dapat meningkatkan mutu campuran itu. Untuk itu pada penelitian ini akan diterapkan pemakaian suatu bahan additive yaitu abu dalam campuran Asphalt Concrete- JURNAL TEKNIK SIPIL Universitas Muhammadiyah Aceh Volume 8 Nomor 1 Juni 2019 Firmansyah Rachman 24 Wearing Course. Abu batubara relatif mudah ditemukan, yang merupakan bagian terkecil dari suatu campuran padatan yang dihasilkan dari pengolahan batubara di pertambangan yang dianggap sudah tidak terpakai lagi. Untuk itulah dicoba memanfaatkan abu batubara dalam penelitian tentang campuran beraspal. Salah satu variabel yang menarik untuk diteliti dalam campuran AC-WC adalah dengan penambahan abu batubara. Penggunaan filler abu batubara sebagai pengganti filler abu batu terbukti dapat meningkatkan stabilitas. 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN Lapisan Aspal Beton Asphalt Concrete, AC Lapisan Aspal Beton adalah suatu lapis permukaan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihamparkan dan dipadatkan dalam kondisi panas dan suhu tertentu. Laston bersifat kedap air, mempunyai nilai struktural, awet, kadar aspal berkisar 4-7% terhadap berat campuran, dapat digunakan untuk lalu lintas ringan, sedang sampai berat, Saodang, 2005. Laston sebagai lapisan aus, dikenal dengan nama AC-WC Asphalt Concrete-Wearing Course, dengan tebal nominal minimum adalah 4 cm dan ukuran maksimum agregat adalah 19 mm Hardiyatmo, 2015 Material Penyusun Perkerasan Jalan Dalam pelaksanaan konstruksi perkerasan lapis aspal beton terdiri dari tiga komposisi utama yaitu, agregat yang terdiri dari agregat kasar dan agregat halus, filler dan bahan pengikat berupa aspal serta bahan tambah lainnya. Untuk menghasilkan perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan Sukirman, 2003, yaitu Agregat Kasar, Agregat Halus, Filler dan Aspal. Abu Batubara Batubara terbentuk dengan cara yang sangat komplek dan memerlukan waktu yang lama puluhan sampai ratusan juta tahun dibawah pengaruh fisika, kimia ataupun keadaan geologi. Batubara merupakan suatu campuran padatan yang sangat heterogen dan terdapat di alam dengan tingkat yang berbeda. Menurut Achmad Prijono 1992, Batubara adalah bahan bakar hydro-karbon padat yang terbentuk dari tumbuh – tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen dan terkena pengaruh temperatur serta tekanan yang berlangsung sangat lama. Dari beberapa sumber diatas, dapat dirangkum suatu definisi Batubara adalah berupa sedimen organik bahan bakar hidrokarbon padat yang terbentuk dari tumbuh – tumbuhan yang telah mengalami pembusukan secara biokimia, kimia, dan fisika dalam kondisi bebas oksigen yang berlangsung pada tekanan serta temperatur pada kurun waktu yang sangat lama. JURNAL TEKNIK SIPIL Universitas Muhammadiyah Aceh Volume 8 Nomor 1 Juni 2019 Firmansyah Rachman 25 Batubara terdiri dari beberapa tingkat, mulai dari lignit, subbitumine, bittumine, dan antrasit. Sebagai padatan batubara terdiri atas kumpulan maceral vitrinite, eksinite, dan enertinite dan mineral. Unsur – unsur pembentuk batubara terdiri atas karbon, oksigen, nitrogen, sedikit sulfur, phospor, dan lain – lain. Struktur molekul dapat dibedakan atas aromatik dan aliphatik. Batubara jenis lignit dikenal sebagai brown coal. Batubara ini bewarna hitam dan sangat rapuh. Brown coal memiliki nilai kalor rendah. Kandungan air, abu dan sulfur dari batubara ini banyak, sedangkan kandungan karbonnya rendah. Batubara ini menghasilkan suhu nyala yang relatif rendah. Karakteristik Beton Aspal Untuk mendapatkan mutu aspal beton yang baik, dalam proses perencanaan campuran harus memperhatikan karakteristik campuran aspal beton. Berikut ketujuh macam karakteristik yang dimiliki oleh aspal beton, yaitu 1. Stabilitas 2. Durabilitas daya tahan 3. Fleksibilitas kelenturan 4. Skid resistence tahanan geser/kekesatan 5. Kemudahan pelaksanaan workabilitas 6. Kedap air impremeabilitas Parameter Marshall Menurut Sukirman 2003, parameter penting yang ditentukan pengujian ini adalah nilai stability dan flow yang dibaca langsung pada alat marshall. Pengukuran dilakukan dengan menempatkan benda uji pada alat marshall dan beban diberikan pada benda uji dengan kecepatan 2 inci/menit atau 51 mm/menit. Beban pada saat terjadi keruntuhan dibaca pada arloji pengukur dari prooving ring. Deformasi yang terjadi pada saat merupakan nilai flow yang dapat dibaca flow meternya. Nilai stabilitas merupakan nilai arloji pengukur dikalikan dengan nilai kalibrasi proving ring, dan dikoreksi dengan angka koreksi akibat variasi ketinggian benda uji. Para meter lain yang penting adalah berat isi density, rongga dalam butiran VMA, rongga dalam campuran VIM, rongga terisi aspal VFA dan marshall quotient Sukirman, 2003. 3. METODE PENELITIAN Proses Penelitian Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data yang berguna bagi proses penelitian. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengujian sifat-sifat fisis agregat, analisa saringan, pengujian Marshall, JURNAL TEKNIK SIPIL Universitas Muhammadiyah Aceh Volume 8 Nomor 1 Juni 2019 Firmansyah Rachman 26 dan penentuan kadar aspal optimum KAO berdasarkan metode Marshall. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil pengujian sifat-sifat fisis aspal dan data pendukung yang diperoleh dari brosur-brosur produksi material dan literaturnya. Setelah semua hasil dari pemeriksaan sifat fisis-fisis material dan disesuaikan dengan spesifikasi. Tabel Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Agregat Kasar Keausan agregat dengan Mesin Los Angeles Sumber Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi 3 2014 Sedangkan pemeriksaan sifat fisis agregat halus meliputi pemeriksaan berat jenis, penyerapan terhadap air, Seperti pada Tabel sebagai berikut Tabel Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Agregat Halus Sumber Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi 3 2014 Pengujian sifat-sifat fisis aspal berupa pengujian berat jenis, penetrasi, daktilitas, dan titik lembek. Pada Tabel sebagai berikut Tabel Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Aspal Pen. 60/70 Penetrasi 25°C; 5 detik; 0,1 mm; 100gr Daktilitas 25°C; 5 cm/detik Sumber Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi 3 2014 Pemeriksaan gradasi agregat akan dilakukan dengan pengujian analisa saringan, pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan satu set saringan sesuai dengan ukuran JURNAL TEKNIK SIPIL Universitas Muhammadiyah Aceh Volume 8 Nomor 1 Juni 2019 Firmansyah Rachman 27 saringan. Adapun spesifikasi gradasi Laston AC-WC seperti pada Tabel sebagai berikut Tabel Gradasi Agregat Rencana Sumber Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi 3 2014 Persiapan Bahan Pengisi Filler Bahan pengisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Abu Batubara yang lolos saringan No. 200 0,075 mm dengan variasi persentase 0%, 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% ,. Dan semen portland yang digunakan merupakan produksi PT. Semen Andalas Indonesia yang berlokasi di Kecamatan Lhok Nga, Kabupaten Aceh Besar. Jumlah Benda Uji Penelitian Penentuan jumlah benda uji berdasarkan kebutuhan untuk melaksanakan penelitian ini. Langkah pertama yang dilakukan untuk membuat perancangan benda uji adalah menentukan kadar aspal tengah Pb, seperti Tabel Tabel Perencanaan Benda Uji Perancangan kadar aspal tengah Pb Pembuatan benda uji menggunakan modifikasi pada filler JURNAL TEKNIK SIPIL Universitas Muhammadiyah Aceh Volume 8 Nomor 1 Juni 2019 Firmansyah Rachman 28 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan berat jenis aspal Aspal yang digunakan adalah aspal keras dengan penetrasi 60/70. Tabel Sifat Fisis Aspal penetrasi 60/70. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar Agregat kasar yang digunakan berupa batu pecah dengan ukuran yaitu 19 mm, 12,5 mm, 9,5 mm dan 4,75 mm, yang berasal dari AMP PT. Abad Jaya – Kreung Geukeuh. Untuk proses pemeriksaan agregat kasar dilakukan secara berurutan, dikarenakan pada pengujian tersebut memiliki kebutuhan parameter yang sama dan saling terkait. Pengujian ini bertujuan untuk memperoleh angka berat jenis kering oven bulk specific gravity OD, berat jenis kering permukaan jenuh bulk specific gravity SSD, berat jenis semu apparent specific gravity dan kemampuan penyerapan air water absorption agregat kasar. 1. Hasil pengujian agregat kasar ukuran material tertahan ¾ Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa hasil uji berdasarkan sampel untuk berat jenis kering oven bulk specific gravity OD sebesar 2450 gr/cm, berat jenis kering permukaan jenuh bulk specific gravity SSD sebesar 2,415 gr/cm, berat jenis semu apparent specific gravity sebesar 2,487 gr/cm, dan kemampuan penyerapan air water absorption sebesar 2,039 %. 2. Hasil pengujian agregat kasar ukuran material tertahan 3/8 Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa hasil uji berdasarkan sampel untuk berat jenis kering oven bulk specific gravity OD sebesar 2427,1 gr/cm, berat jenis kering permukaan jenuh bulk specific gravity SSD sebesar 2,478 gr/cm, berat jenis semu apparent specific gravity sebesar 2,594 gr/cm, dan kemampuan penyerapan air water absorption sebesar 3,003%. Sebagai titik kontrol agregat kasar yang telah diuji di laboratoirum, telah memenuhi standar Spesifikasi Umum 2010 revisi 3, dimana persyaratannya yaitu untuk penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus Pengujian ini bertujuan untuk memperoleh angka berat jenis kering oven bulk specific gravity OD, berat jenis kering permukaan jenuh bulk specific gravity SSD, berat jenis semu apparent specific gravity dan kemampuan penyerapan air water absorption agregat halus. JURNAL TEKNIK SIPIL Universitas Muhammadiyah Aceh Volume 8 Nomor 1 Juni 2019 Firmansyah Rachman 29 1. Pasir Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa hasil uji berdasarkan sampel untuk berat jenis kering oven bulk specific gravity OD sebesar 490,3 gr/cm, berat jenis kering permukaan jenuh bulk specific gravity SSD sebesar 2,584 gr/cm, berat jenis semu apparent specific gravity sebesar 2,668 gr/cm, dan kemampuan penyerapan air water absorption sebesar 1,987 %. Sebagai titik kontrol agregat halus yang telah diuji dilaboratoirum, penyerapan air sebesar 1,987 % yaitu memenuhi standar Spesifikasi Umum 2010 revisi 3 yaitu penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %. 2. Dust Dari hasil dapat dilihat bahwa hasil uji berdasarkan sampel untuk berat jenis kering oven bulk specific gravity OD sebesar 485,6 gr/cm, berat jenis kering permukaan jenuh bulk specific gravity SSD sebesar 2,667 gr/cm, berat jenis semu apparent specific gravity sebesar 2,805 gr/cm, dan kemampuan penyerapan air water absorption sebesar %. Sebagai titik kontrol agregat halus yang telah diuji dilaboratoirum, penyerapan air sebesar 2,951 % yaitu memenuhi standar Spesifikasi Umum 2010 revisi 3 yaitu penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %. Penentuan nilai KAO Kadar aspal optimum adalah kadar yang menunjukkan kondisi campuran harus memenuhi persyaratan yang digunakan yaitu standar Spesifikasi Umum 2010 revisi 3. Penentuan Kadar Aspal Optimum dengan pengujian Marshall,. Berikut perhitungan Pb Pb = 0,035 CA + 0,045 FA + 0,18 Filler + K = 0,035 + 0,045 33,61 + 0,18 6,0 + 0,5 = 5,206 Dari nilai parameter Marshall, yang memenuhi Spesifikasi Umum 2010 revisi 3 yaitu pada nilai KAO 6,1% dari berat total agregat. KAO 6,1%, diperoleh nilai Density sebesar 2,267, VMA sebesar 14,14 %, VIM sebesar 7,49 %, VFA sebesar 47,81 %, Stabilitas Marshall sebesar 2084,78 Kg, flow sebesar 3,300 mm, MQ sebesar 659,183 m JURNAL TEKNIK SIPIL Universitas Muhammadiyah Aceh Volume 8 Nomor 1 Juni 2019 Firmansyah Rachman 30 Hasil Pengujian Parameter Marshall Variasi Penambahan Abu BatuBara Pengujian ini merupakan hasil dari pengujian langsung terhadap benda uji yaitu beton aspal AC-BC dengan menggunakan kadar aspal 5,1 % yang diperoleh dari kadar aspal optimum KAO yang telah diuji sebelumnya, maka setelah didapat nilai tersebut barulah dilakukan pengujian benda uji penambahan campuran Abu Batu bara sebagai bahan tambahan dengan variasi 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5% . Tabel Kadar penelitian aspal beton AC-WC dengan campuran abu batubara % JURNAL TEKNIK SIPIL Universitas Muhammadiyah Aceh Volume 8 Nomor 1 Juni 2019 Firmansyah Rachman 31 Dari hasil pengujian marshall dengan menggunakan penambahan campuran Abu Batu bara variasi 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%. Maka, diperoleh nilai density yaitu 2,310 gr/cm3, 2,276 gr/cm3, 2,279 gr/cm3, 2,277 gr/cm3, 2,279 gr/cm3, 2,274 gr/cm3, hasil dari triendline nilai grafik yang diperoleh menurun di 5% dan meningkat pada 0%, Dari hasil pengujian marshall dengan menggunakan penambahan campuran Abu Batubara variasi 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%. maka, diperoleh nilai kadar rongga dalam agregat VMA yaitu 14,09%, 15,34%, hasil dari triendline nilai grafik yang diperoleh menurun di 0% dan meningkat pada 5%. Dari hasil pengujian marshall dengan menggunakan penambahan campuran Abu Batubara variasi 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%. maka, diperoleh nilai kadar rongga terhadap campuran VIM yaitu 3,43%, 4,48%, 4,73%, 4,81%, 4,74%, hasil dari triendline nilai grafik yang diperoleh menurun di 0% dan meningkat pada 5%, Dari hasil pengujian marshall dengan menggunakan penambahan campuran Abu Batubara 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%. maka diperoleh nilai kadar rongga yang terisi aspal VFA yaitu, 68,53%, 67,86%, 68,12%, 68,89%, 68,95%, 70,48 Dari hasil pengujian marshall dengan menggunakan penambahan campuran Abu Batubara variasi 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%. maka, diperoleh nilai stabilitas yaitu, 1366 kg, 1225 kg, 1220 kg, 1859 kg, 1500 kg, 1791 kg. Hasil dari triendline nilai grafik yang diperoleh menurun di 0% dan meningkat pada 5%. Dari hasil pengujian marshall dengan menggunakan penambahan campuran Abu Batubara variasi 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%. maka, diperoleh nilai kelelehan plastis flow yaitu, 5,53 mm, 3,73 mm, 4,29 mm, 4,49 mm, 4,07 mm, 4,79 mm. Hasil dari triendline nilai grafik yang diperoleh menurun di 5% dan meningkat pada 0%. Dari hasil pengujian marshall dengan menggunakan penambahan campuran Abu Batubara 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%. maka, diperoleh nilai kelelehan marshall quotien MQ yaitu, 252 kg/mm, 260 kg/mm, 262 kg/mm, 390 kg/mm, 282 kg/mm, 294 kg/ mm. Hasil dari triendline nilai grafik yang diperoleh menurun di 0% dan meningkat pada 5%. Indeks Kekuatan Sisa Dengan Variasi Abu Batubara Indeks Kekuatan Sisa Marshall untuk mengevaluasi ketahanan campuran terhadap pengerusakan air dan efisiensi daya adhesi dari bahan ikat dan agregat. Spesifikasi nilai IKS pada campuran aspal beton AC-BC minimum sebesar 80% dari nilai stabilitas awal. Indeks kekuatan sisa pada campuran aspal beton AC-WC dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel Tabel Nilai IKS pada Kadar Abu Batubara Optimum Stabilitas Kadar Abu Batu Bara Optimum JURNAL TEKNIK SIPIL Universitas Muhammadiyah Aceh Volume 8 Nomor 1 Juni 2019 Firmansyah Rachman 32 Tabel memperlihatkan bahwa nilai indeks kekuatan sisa IKS mengalami peningkatan. Nilai IKS tertinggi terdapat pada variasi 0 %. Nilai IKS pada variasi 0%, 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% masih memenuhi spesifikasi dari aspal beton AC-WC menyebutkan bahwa nilai indeks kekuatan sisa harus lebih besar dari 80%, dengan demikian campuran yang menggunakan filler tersebut memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Nilai IKS di atas didapat dari hasil perhitungan dengan cara matematis, maka hasil tersebut adalah nilai stabilitas antara perendaman selama 30 menit, yang kemudian menggunakan persamaan regresi perhitungan marshall untuk mendapatkan nilai indeks kekuatan sisa IKS. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari penelitian yang sudah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut 1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penggunaan abu batubara sebagai filler sebesar 1-5% dapat mememenuhi syarat dalam campuran Asphalt Concrete – Wearing Course AC-WC. 2. Nilai KAO yang diperoleh pada pengujian yaitu 6,1%. 3. Pengaruh Abu batubara untuk nilai density mengalami peningkatan pada variasi 2% dan 4% yaitu gr/cm3, untuk VMA, VIM, VFA dan Flow mengalami kesamaan dalam peningkatan yaitu pada variasi 5%, sedangkan nilai Stabilitas dan MQ mengalami peningkatan pada variasi 3%. 4. Hasil pengujian marshall untuk variasi dari 0% - 5% dapat disimpulkan bahwa variasai 5% memiliki nilai terbaik dibandingkan dengan pesentase variasi yang lainnya. 5. Hasil penelitian yang didapat dari parameter marshall dan nilai indeks kekuatan sisa IKS pada campuran aspal beton AC-WC memenuh syarat yaitu > 80% dan meningkat pada variasi 0 % sebesar 119,8 %. Saran Untuk menindaklanjuti penelitian ini, diperlukan beberapa koreksi yang harus diperhatikan agar dapat dijadikan sebagai pedoman dan acuan bagi penilitian – penelitian selanjutnya agar dapat lebih baik. Adapun saran – saran untuk penelitian selanjutnya antara lain sebagai berikut 1. Pengaruh pemanfaatan modifikasi filler abu batubara sebagai variasi filler perlu ditambah kadarnya % pada campuran, agar nilai stabilitasnya semakin naik. 2. Dalam penelitian ini digunkan aspal pertamina pen 60/70 dan agregat yang diperoleh dari PT. Abad Jaya Abadi Sentosa diharapkan kedepan bisa mencoba dengan jenis aspal beserta dengan material yang lain. 3. Dalam penelitian kadar Abu Batubara yang terbaik yaitu 5%. KAO yang dipilih yaitu 6,1%, disarankan untuk penelitian selanjutnya agar pemakaian nilai kadar aspal langsung dibulatkan agar memudahan dalam proses penelitian. JURNAL TEKNIK SIPIL Universitas Muhammadiyah Aceh Volume 8 Nomor 1 Juni 2019 Firmansyah Rachman 33 Daftar Pustaka Achmad Prijono 1992, Batubara adalah bahan bakar hydro-karbon padat. Hardiyatmo, Hary Christady, 2015, Perencanaan Perkerasan Jalan & Penyelidikan Tanah, Yogyakarta UGM Press. Saodang, H., 2005, Konstruksi Jalan Raya, Bandung Nova. Sukirman, Silvia. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Grafika Yuana Marga Bandung ResearchGate has not been able to resolve any citations for this adalah bahan bakar hydro-karbon padatDaftar Pustaka Achmad Prijono 1992, Batubara adalah bahan bakar hydro-karbon Aspal Campuran Panas. Grafika Yuana Marga BandungSilvia SukirmanSukirman, Silvia. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Grafika Yuana Marga Bandung
Padang, – Perokok mungkin tak menyangka jika di dalam rokok yang dihisapnya terdapat bahan pelapis jalan aspal atau pelapis anti bocor. Merokok sama saja dengan menghirup aspal ke dalam tubuh. Aspal jalan merupakan bahan kimia bersifat karsinogenik. Aspal terbuat dari campuran tar dan aspal minyak. Tar diperoleh dari hasil pengolahan batu bara. “Tar yang ada pada rokok itu sebenarnya merupakan bahan campuran untuk membuat aspal jalan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang Feri Mulyani. Tar dan nikotin yang ada pada rokok adalah dua zat paling berbahaya diantara jenis zat kimia lainnya. Dari sekitar ribuan racun, ada yang biasa dibuat untuk membuat roket pesawat, ada yang dibuat untuk mencuci darah dan sebagainya. Tar sendiri adalah zat yang akan menggumpal di dalam paru-paru dan membentuk cairan yang biasa digunakan untuk membuat aspal. Tar yang digunakan untuk melapisi jalan sama dengan tar yang terdapat pada rokok dan partikel-partikel tar tersebut bisa menyebabkan tumbuhnya sel kanker. Selain itu tar juga menyebabkan penumpukan zat kapur, nitrosmine, B-naphthylamine, kadmium dan nikel. “Dalam bentuk padat, tar berwarna coklat dan merupakan substansi lengket yang berada di belakang bagian filter rokok,” terang Feri Mulyani. Tak ayal, setiap perokok berat kerap mengalami kecoklatan pada gigi. Tar telah menyebabkan gigi coklat dan membuat semua jaringan yang dikenainya menjadi coklat pula. Tar terdapat pada semua jenis rokok dan cenderung meningkat jumlahnya seiring dengan terbakarnya rokok. Hal itu berarti isapan terakhir rokok mengandung tar dua kali lipat dari jumlah isapan pertama. Tar yang diisap dari rokok akan merusak bulu-bulu getar cilia pada paru-paru sehingga meningkatkan risiko penyakit pernafasan seperti emfisema, bronkitis kronik dan kanker tenggorokan. Sementara itu Pemerintah Kota Padang terus mengimbau warganya untuk berhenti mengkonsumsi rokok. Walikota Padang H. Mahyeldi Ansharullah Dt Marajo menyebut cukup banyak dampak yang dialami para perokok. Diantaranya merusak kesehatan dan menjadi pecandu berat. “Rokok dapat merusak jaringan tubuh dan mengakibatkan kanker,” ujar Mahyeldi.Charlie Ch. Legi
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Aspal adalah bahan bangunan yang umum digunakan dalam pembangunan jalan, trotoar, berbagai jenis konstruksi, terutama dalam pembangunan jalan raya, dan fasilitas infrastruktur lainnya. Material ini juga sering digunakan untuk atap, tahan air, serta aplikasi konstruksi lainnya. Namun, sebelum aspal dapat digunakan, diperlukan bahan baku aspal yang harus diolah terlebih Bahan Baku AspalDilansir dari Bahan baku pembuatan aspal bervariasi tergantung pada jenis aspal yang ingin dibuat, namun secara umum berikut adalah beberapa bahan baku yang digunakan dalam pembuatan aspal1. Minyak BumiMinyak bumi adalah salah satu bahan baku aspal yang paling umum digunakan. Minyak bumi mengandung senyawa hidrokarbon yang dapat diubah menjadi aspal melalui proses pengolahan yang tepat. Aspal alam diperoleh dari hasil pengolahan minyak bumi Minyak bumi memiliki sifat yang mudah terbakar, sehingga harus diolah dengan Alam Aspal alam adalah jenis aspal yang berasal dari alam, terbentuk melalui proses alami dari endapan alamiah yang berada di bawah permukaan bumi. Aspal alam dapat ditemukan di beberapa wilayah di dunia seperti Timur Tengah, Amerika Selatan, Afrika, dan Asia Tengah. Aspal alam terdiri dari campuran hidrokarbon alifatik, aromatik, dan heterosiklik, yang berbeda-beda tergantung pada sumbernya. Kandungan mineral dan logam yang terkandung dalam aspal alam juga berbeda-beda tergantung pada dari penggunaan aspal alam adalah sifatnya yang dapat didaur ulang, ramah lingkungan, dan biaya produksinya lebih murah dibandingkan dengan aspal sintetis. Namun, kekurangannya adalah sifat perekatnya yang relatif lemah dibandingkan dengan aspal sintetis, dan kualitasnya yang bervariasi tergantung pada sumbernya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian dan pemilihan aspal alam yang tepat untuk memastikan kualitas konstruksi yang baik2. Batu BaraBatu bara bukanlah bahan baku aspal yang umum digunakan dalam pembuatan campuran aspal-agregat. Bahan baku aspal yang umum digunakan adalah minyak mentah atau petroleum, meskipun ada beberapa jenis aspal yang dibuat dari bahan baku non-minyak seperti aspal demikian, terdapat penelitian yang mencoba menggabungkan batu bara dengan aspal dalam produksi campuran aspal-agregat. Salah satu penelitian yang dilakukan di India menggunakan batu bara sebagai filler untuk campuran aspal-agregat, dengan penggunaan batu bara mencapai 40% dari total filler yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan batu bara dalam campuran aspal-agregat dapat meningkatkan kekuatan dan stabilitas campuran, serta mengurangi biaya produksi karena batu bara lebih murah daripada filler konvensional seperti serbuk batu kapur atau fly ash. Namun, penggunaan batu bara dalam produksi campuran aspal-agregat juga memiliki beberapa kelemahan, seperti potensi untuk meningkatkan emisi gas rumah kaca dan polusi udara, serta risiko kebakaran yang tinggi karena sifat batu bara yang mudah terbakar. Oleh karena itu, sebelum menggunakan batu bara sebagai filler dalam campuran aspal-agregat, perlu dilakukan evaluasi dan pengujian yang cermat untuk memastikan kualitas dan keamanan campuran tersebut3. PasirPasir digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan aspal. Pasir membantu mengurangi viskositas aspal dan meningkatkan daya tahan aspal terhadap suhu yang tinggi. Pasir juga membantu mencegah aspal dari meleleh pada suhu yang tinggi. Untuk ini yang sering digunakan adalah pasir silika sebagai bahan pengisi dalam pembuatan aspal. Pasir ini memberikan kekuatan dan daya tahan pada aspal4. Kerikil dan AgregatKerikil dan agregat juga digunakan sebagai bahan pengisi dalam pembuatan aspal. Bahan ini membantu meningkatkan kekuatan dan ketahanan Karet Sintetis 1 2 3 Lihat Nature Selengkapnya
p>Abu batu bara terdiri dari partikel-partikel halus, gradasi dan kehalusan abu batu bara dapat memenuhi persyaratan gradasi untuk mineral filler. Penggunaa filler pada campuran aspal beton adalah untuk mengisi rongga dalam campuran, untuk mengikatkan daya ikat aspal beton, dapat meningkatkan stabilitas dari campuran aspal beton. Tujuannya dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan nilai Parameter Marshall akibat pengaruh penggunaan abu batu bara sebagai pengganti filler dengan beberapa variasi campuran. Metode penelitian menggunakan Metode Marshall dengan rujukan Spesifikasi Bina Marga tahun 2010 Revisi 2. Hasil penelitian didapat nilai Flow pada campuran aspal mengalami peningkatan pada kadar 25% abu batu bara nilai sebesar 3,30 mm dan kemudian meningkat sebesar 0,91% menjadi 3,33 mm pada kadar 50% abu batu bara, kemudian terus meningkat seiring bertambahnya kadar abu batu bara seiring bertambahnya kadar abu batu bara dalam camputran,hal ini disebabkan nilai VIM dapat menerima kadar abu batu bara bertambah dan rongga dalam campuran bertambah nilai stabilitas pada campuran aspal mengalami penurunan dimulai pada kadar 25% abu batu bara nilai stabilitas sebesar 1431 kg kemudian menurun sebesar 70,79% pada kadar 50% abu batu bara sebesar 1418 kg nilai stabilitas mengalami penurunan seiring bertambahnya kadar abu batu bara dalam campuran. Hal ini disebabkan oleh menurunnya penggunaan butiran abu batu yang mengakibatkan film aspal menjadi tebal, sehingga fungsi aspal sebagai pengikat berubah menjadi pelicin dan akan menurunya nilai stabilitas. 63 5 Stability Min 800 Hasil Pengujian Marshalldengan Abu Batu Bara Pengujian benda uji dengan menggunakan abu batu bara sebagai filler dalam campuran merupakan hasil dari pengujian langsung terhadap benda uji dengan menggunakan kadar aspal 5% yang didapat dari nilai KAO pengujian dana nilai kadar aspal tengah yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus pb. Tabel Parameter Marshall No. Karakteristik Marshall SatuanKadar Abu Batu Bara % 25 50 75 100 1. Density gr/cm 2,303 2,300 2,2992,298 2. VMA % 14,20 14,29 14,3414,50 3. VIM % 4,97 5,07 5,12 5,18 4. VFA % 65,00 64,50 64,2864,01 7. MQ kg/mm447 428 414 384 5% Teras Jurnal, September 2016 P-ISSN 2088-0561 E-ISSN 2502-1680 Penggunaan Abu Batu Bara Sebagai Filler Pada – Zulfhazli, Wesli129 Pembahasan Pengaruh batu bara terhadap Flow Flow kelelehan adalah besarnya deformasi vertikal yang terjadi mulai awal pembebanan sampai kondisi dimana kestabilan menurun. Kelelehan merupakan indikator terhadap kelenturan atau perubahan bentuk plastis campuran beraspal yang diakibatkan oleh beban. Tingkat kelelehan campuran dipengaruhi oleh kadar aspal, temperatur dan visikositas. Nilai kelelehan flow yang diperoleh dari hasil penelitian ini diperlihatkan pada Gambar 1 . Gambar 1 Hubungan variasi abu batu bara terhadap nilai Flow Gambar 1 menggambarkan bahwa nilai Flow pada campuran aspal mengalami peningkatan pada kadar 25% abu batu bara nilai sebesar 3,30 mm dan kemudian meningkat sebesar 0,91% menjadi 3,33 mm pada kadar 50% abu batu bara, kemudian terus meningkat seiring bertambahnya kadar abu batu bara seiring bertambahnya kadar abu batu bara dalam camputran. Hal ini disebabkan nilai VIM dapat menerima kadar abu batu bara yang bertambah dan rongga dalam campuran menjadi licin. Pengaruh abu batu bara terhadap Stabilitas Perkerasan jalan sangat dituntut untuk memiliki stabilitas yang tinggi,stabilitas terjadi dari hasil gesekan antar butir dan kemampuan aspal beton mempertahankan ikatannya. Stabilitas merupakan gambaran kemampuan suatu campuran beraspal untuk menerima beban lalu lintas tanpa mengalami perubahan bentuk tetap DeformasiPermanen seperti alur, gelombang ataupun bleeding. Gambar 2 Hubungan varian abu batu bara terhadap nilai Stabilitas Pengujian didapat nilai stabilitas pada campuran aspal mengalami penurunan dimulai pada kadar 25% abu batu bara nilai stabilitas sebesar 1431 kg kemudian menurun sebesar 70,79% pada kadar 50% abu batu bara sebesar 1418 Teras Jurnal, September 2016 P-ISSN 2088-0561 E-ISSN 2502-1680 Penggunaan Abu Batu Bara Sebagai Filler Pada – Zulfhazli, Wesli130 kg nilai stabilitas mengalami penurunan seiring bertambahnya kadar abu batu bara dalam campuran. Hal ini disebabkan oleh menurunnya penggunaan butiran abu batu yang mengakibatkan film aspal menjadi tebal, sehingga fungsi aspal sebagai pengikat berubah menjadi pelicin dan akan menurunya nilai stabilitas. Hubungan varian abu batu bara terhadap nilai Stabilitas diperlihatkan pada Gambar 2. 5. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulan bahwa berdasarkan variasi kadar aspal 4%, 4,5%, 5%, 5,5% dan 6% maka KAO kadar aspal optimum yang digunakan adalah 5% aspal dan dari pengujian Marshall menunjukkan bahwa semakin bertambah persentase abu batu bara dalam campuran aspal AC–BC, maka semakin menurun nilai Stabilitas namun meningkatkan nilai Flow hal ini disebabkan nilai VIM dapat menerima peningkatan kadar abu batu bara dan rongga dalam campuran bertambah licin. Nilai parameter Marshall yang memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi I terdapat pada variasi 25% dengan nilai Density sebesar 2,303%, VMA sebesar 14,20%, VIM sebesar 4,97%, VFA sebesar 65,00%, Stabilitas sebesar 1431 kg, Flow sebesar 3,30 mm dan MQ sebesar 447 kg/mm. Saran Saran sebagai bentuk rekomendasi sebagai berikut Abu batu bara yang merupakan limbah produksi secara physical mirip dengan abu batu dust yang sering digunakan pada campuran aspal beton namun sebaiknya abu batu bara tidak digunakan untuk campuran aspal beton karena nilai stabilitas akan rendah meskipun nilai flow meningkat. Perlu penelitian lebih lanjut dengan mempertimbangkan variasi abu batu bara. Daftar Kepustakaan Adibroto F, Yelvi, 2008, Pemamfaatan limbah abu batu bara sebagai bahan pengganti sebagian semen dan aggregat untuk pembuatan paving block, Akbar SJ, Wesli, 2012, Stabilitas Lapis Aspal Beton AC-WC Menggunakan Sekam Padi, Teras Jurnal Unimal, Lhokseumawe Anonim, 2010, Spesifikasi Umum, Direktorat Bina Marga, Jakarta Hardiyatmo, CH, 2009, Pemeliharaan Jalan Raya, Gajah Mada Press, Yogyakarta RA, Bukhari, dkk, 2004, Rekayasa Bahan dan Tebal Perkerasan Jalan, Darussalam, Banda Aceh Sukirman, 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta Tahir Anas, 2009,Karakteristik Campuran Beton Aspal dengan Menggunakan Kadar Filler Abu Terbang Batu Bara,Smartek, ... Dampak dari perbandingan, filler fly ash batubara dan semen Portland dalam campuran Asphalt Concrete -Wearing Course AC-WC memiliki perbandingan yang tidak terlalu jauh, dan tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan campuran. Sedangkan Nilai stabilitas mengalami penurunan seiring bertambahnya kadar abu batubara dalam campuran karena fungsi aspal sebagai pengikat berubah menjadi pelicin dan akan menurunkan stabilitas [13]. ...One of the waste materials produced by industry activities is fly ash and bottom ash FABA, it is produced by brick combustion waste. Fly ash and bottom ash waste is hazardous and toxic B3 waste for it contains heavy metal oxides polluting the environment. Related to the condition, the output study of toxicity potential test carried out to coal ash in Nagan Raya PLTU Electric Steam Power Plant proving conversely. The coal ash of Nagan Raya PLTU is relatively safe to be used as construction material. The output explained that coal ash of Nagan Raya PLTU have adequate good potency to be utilized. One of coal ash potencies developed is the utilization asphalt mixture material including bottom ash as fine aggregate substitution and fly ash as filler substitution. The research aimed to find out the mixture characteristic by utilizing FABA for the road pavement of asphalt concrete layer AC-WC to reduce environment pollution and detect the appropriate proportion for the optimal utilization. The percentage of fine aggregate in the mixture must meet the requirement of binder as 5-15% to the weight, while the filler must meet the minimum of 75% to weight of filter pass No. 200 mm. The test output of both mixtures by using bottom ash and fly ashin 15%-30% variation was different. The output is similar. Both of the output concluded that the optimum asphalt level was 5% and the variation of 30% bottom ash 70% fine aggregate meet the requirement specification, while variation fly ash as subtitution Portland cement resulting that all the parameters meet the specification required by Bina Marga specification Ayunaning Avisha Gita PrafitasiwiKristin JuliatiDamage to asphalt construction has made several attempts to increase the strength of asphalt construction, one of which is by utilizing shell waste as an asphalt mixture filler which is expected to increase the strength and durability of the pavement. The addition of filler shell waste with varying levels of 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, and 25% is taken from the percentage of fine aggregate. Based on the results of the research conducted, the results of the Marshall Test for asphalt mixtures with the best variations of shell waste filler material and meeting the requirements of the General Specifications of Highways were found at a filler content of 0% with an immersion time of 30 minutes, with a VMA Void in Mineral Aggregate value. VFA Void Filled with Aggregate value VIM Void in Mix value stability value kg, Flow value mm and MQ Marshall Quotient value kg/ Dwi Labora BancinKamaluddin LubisNuril MahdaFiller merupakan material pengisi dalam lapisan aspal. Pada penelitian ini Tanah merah digunakan sebagai Filler yang lolos saringan pengganti semen yang umum digunakan pada campuran lapisan aspal. Kekuatan campuran ini adalah pada agregat- agregatnya yang saling mengisi. Dalam penelitian ini jumlah Filler yang digunakan dua variasi yaitu 2% dan 4% untuk setiap kadar aspal yang digunakan yaitu 4,5%; 5%; 5,5%; 6%; 6,5%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan Tanah Merah dalam campuran laston AC-BC terhadap sifat karakteristik parameter Marshall. Penelitian ini menggunakan metode Marshall berdasarkan SNI dan Spesifikasi Kementrian Umum Direktorat Jendral Bina Marga. Hasil pengujian Marshall menunujukkan nilai stabilitas rata- rata penggunaan Filler Tanah Merah dengan variasi 2% sebesar 1325 kg dan kelelehan sebesar 3,40mm sedangkan pada penggunaan Filler Tanah Merah dengan variasi 4% memiliki nilai stabilitas rata- rata sebesar 1265kg dan kelelehan 3,55mm. setelah dilakukan pengujian Marshall didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa penggunaan Tanah Merah pada campuran aspal dapat dijadikan sebagai sebagai bahan pengisi rongga filler campuran lapisan aspal AC- has not been able to resolve any references for this publication.
aspal terbuat dari batu bara